AKU PERCAYA (bag-1)
Katekese
Berita Terkait
- Misa Khusus Orang Tua: Membesarkan Anak Secara Kristiani0
- KADO ULANG TAHUN UNTUK SIAPA PADA HARI RAYA NATAL?0
- ROSARIO - BULAN ROSARIO0
- Umat Katolik dan Kitab Suci0
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 2)0
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 1)0
- Mengapa Ekaristi? (4 - habis)0
- Mengapa Ekaristi? (3)0
- Mengapa Ekaristi? (2)0
- Mengapa Ekaristi? (1)0
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Katekese
O. PEMBUKA
‘Aku Percaya’ (Syahadat/Credo) adalah Pernyataan Iman Kristen-Katolik. Pada setiap hari Minggu kita mengucapkan Aku Percaya ini dalam Perayaan Ekaristi. Kalau kita baca Katekismus Gereja Katolik (KGK) no 143-167 di sana diterangkan tentang iman itu. Iman dikatakan sebagai karunia, rahmat Allah (KGK 153,179,234). Iman adalah pasti dan perlu untuk keselamatan (KGK 157,161) Iman adalah permulaan kehidupan kekal (KGK 163-165), dan akhirnya dinyatakan bahwa Iman itu dapat bertumbuh, dapat hilang dan bisa didapat kembali (KGK 29,162,1003). Iman adalah syarat untuk mendapatkan keselamatan, karena tanpa iman, tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah (Ibr 11:1). Kita dapat menjabarkan makna “Aku percaya” dalam tiga hal (KGK, 35):
- Manusia mempunyai kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Allah. Hal ini dapat kita lihat dari tingkah laku religius seperti kurban, doa, upacara, meditasi dari semua budaya manusia, walaupun tidak sempurna. Inilah sebabnya manusia disebut mahkluk religius ((KGK, 28)). Dapat dikatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi Pencipta-Nya, dan ini menandakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 1:27).
- Manusia terbuka terhadap kebenaran, kebaikan dan keindahan; Manusia merindukan kebahagiaan yang bersifat kekal, yang tidak dapat diberikan oleh materi yang bersifat sementara. ((KGK, 33; GS, 18,1; GS, 14,2)) Hal ini diperkuat dengan kemampuan manusia yang terbuka terhadap kebenaran, di mana manusia mengenali nilai-nilai moral di dalam hati nuraninya, seperti: jangan melakukan apa yang tidak ingin orang lain perbuat kepadamu. Manusia juga dapat menghargai keindahan dan kebaikan, yang menjadi benih untuk mengenal Tuhan yang adalah indah dan baik secara absolut. ((KGK, 41; bdk. Keb 13:5)) B. Manusia mengenali Tuhan lewat dunia. Kalau manusia mau mengamati dunia sekelilingnya, maka manusia dapat melihat bahwa tidak mungkin dunia dan seluruh alam raya terjadi secara kebetulan, karena tertata secara teratur. Keindahan dunia ini dapat menuntun manusia kepada Sang Pencipta. ((KGK, 32; bdk. Rm 1:19-20; bdk St. Agustinus dari Serm. 241,2))
- Tuhan datang kepada kita untuk mewahyukan Diri-Nya. Karena pengetahuan manusia tidak sempurna untuk mencapai Tuhan, maka terdorong oleh kasih-Nya, Allah mewahyukan Diri-Nya kepada manusia, agar manusia dapat memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Dengan kata lain, walaupun manusia dengan akal budinya mempunyai kemampuan untuk mengenal Pencipta-Nya, ((KGK, 36)) namun tanpa Allah menyatakan Diri-Nya, manusia tidak dapat memahami Pribadi Allah secara lengkap.
- Kitab Suci; Allah telah memberikan inspirasi Roh Kudus kepada para penulis Kitab Suci untuk menuliskan Sabda Allah (2Tim 3:16), sehingga manusia dapat melihat rencana keselamatan Allah, yang dimulai dari Perjanjian Lama (PL) sampai Perjanjian Baru (PB) dan manusia dapat memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Rencana keselamatan ini dimulai dari Adam dan Hawa (satu keluarga), kemudian nabi Nuh (beberapa keluarga), Abraham (suku), Yakub (bangsa Israel), Daud (kerajaan), dan Kristus yang mendirikan Gereja-Nya (seluruh dunia).
- Tradisi Suci; Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. ((KGK, 81; DV, 9)) Tradisi Suci ini tidak dapat bertentangan dengan Kitab Suci, bahkan mendukung kejelasan akan makna dari Kitab Suci yang sebenarnya.
-
- Magisterium Gereja atau Wewenang mengajar Gereja; Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” ((KGK, 85; DV, 10) Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.*** BERSAMBUNG.
(Singkatan à KGK: Katekismus Gereja Katolik; GS: Gaudium et Spes; DV: Dei Verbum)
