AKU PERCAYA (bag-1)
Katekese

By RP. Thomas Suratno, SCJ 21 Jan 2020, 09:10:18 WIB Surat Gembala
AKU PERCAYA (bag-1)

Keterangan Gambar : Katekese


O. PEMBUKA

 

‘Aku Percaya’ (Syahadat/Credo) adalah Pernyataan Iman Kristen-Katolik. Pada setiap hari Minggu kita mengucap­kan Aku Percaya ini dalam Perayaan Ekaristi. Kalau kita ba­ca Ka­tekismus Gereja Katolik (KGK) no 143-167 di sana di­te­rangkan tentang iman itu. Iman dikatakan sebagai karu­nia, rahmat Allah (KGK 153,179,234). Iman adalah pasti dan perlu untuk keselamatan (KGK 157,161) Iman adalah per­mulaan kehi­du­pan kekal (KGK 163-165), dan akhirnya di­nya­takan bahwa Iman itu dapat bertumbuh, dapat hilang dan bisa didapat kem­bali (KGK 29,162,1003). Iman adalah syarat untuk mendapat­kan keselamatan, karena tanpa iman, tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah (Ibr 11:1). Kita dapat menjabarkan makna “Aku percaya” dalam tiga hal (KGK, 35):

 

  1. Manusia mempunyai kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Allah. Hal ini dapat kita lihat dari tingkah laku religius seperti kurban, doa, upacara, meditasi dari se­mua bu­daya manusia, walaupun tidak sempurna. Inilah se­babnya ma­nusia disebut mahkluk religius ((KGK, 28)). Da­pat dikata­kan bahwa manusia memiliki kemampuan un­tuk mengetahui dan mengasihi Pencipta-Nya, dan ini me­nan­da­kan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 1:27).

 

  1. Manusia terbuka terhadap kebenaran, kebaikan dan keindahan; Manusia merindukan kebahagiaan yang bersifat kekal, yang tidak dapat diberikan oleh ma­te­ri yang bersifat sementara. ((KGK, 33; GS, 18,1; GS, 14,2)) Hal ini diperkuat dengan kemampuan manusia yang terbuka ter­ha­dap kebenaran, di mana manusia mengenali nilai-nilai moral di dalam hati nura­ninya, seperti: jangan melakukan apa yang tidak ingin orang lain perbuat ke­padamu. Manu­sia juga dapat menghargai keindahan dan kebaikan, yang men­jadi benih untuk mengenal Tuhan yang adalah indah dan baik secara ab­solut. ((KGK, 41; bdk. Keb 13:5)) B. Manusia mengenali Tuhan lewat dunia. Kalau manu­sia mau mengamati dunia sekelilingnya, maka manusia dapat melihat bahwa tidak mungkin dunia dan seluruh alam raya terjadi secara kebetulan, ka­rena tertata secara teratur. Keindahan dunia ini dapat menuntun manusia kepada Sang Pencipta. ((KGK, 32; bdk. Rm 1:19-20; bdk St. Agustinus dari Serm. 241,2))

 

  1. Tuhan datang kepada kita untuk mewahyukan Diri-Nya. Karena penge­tahuan manusia tidak sempurna untuk mencapai Tuhan, maka terdorong oleh kasih-Nya, Allah mewahyukan Diri-Nya kepada manusia, agar manusia dapat mem­peroleh pengetahuan akan kebenaran. Dengan kata lain, walaupun manusia dengan akal budinya mempunyai kemampuan untuk mengenal Pencipta-Nya, ((KGK, 36)) namun tanpa Allah menyatakan Diri-Nya, manusia tidak dapat me­mahami Pribadi Allah secara lengkap.
    1. Kitab Suci; Allah telah memberikan inspirasi Roh Kudus kepada para penulis Kitab Suci untuk menuliskan Sabda Allah (2Tim 3:16), sehingga manu­sia dapat melihat rencana keselamatan Allah, yang dimulai dari Perjanjian La­ma (PL) sam­pai Perjanjian Baru (PB) dan manusia dapat memperoleh pengetahuan akan ke­benaran. Rencana keselamatan ini dimulai dari Adam dan Hawa (satu keluarga), kemudian nabi Nuh (beberapa keluarga), Abraham (suku), Yakub (bangsa Israel), Daud (kerajaan), dan Kristus yang mendirikan Gereja-Nya (seluruh dunia).
    2. Tradisi Suci; Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bim­bingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus ke­pada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pe­wartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. ((KGK, 81; DV, 9)) Tradisi Suci ini tidak dapat bertentangan dengan Kitab Suci, bahkan mendukung kejelasan akan makna dari Kitab Suci yang sebenarnya.

 

    1. Magisterium Gereja atau Wewenang mengajar Gereja; Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menaf­sir­kan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewi­bawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” ((KGK, 85; DV, 10) Magis­terium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.*** BERSAMBUNG.

 

(Singkatan à KGK: Katekismus Gereja Katolik;  GS: Gaudium et Spes;  DV: Dei Verbum)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

INFO

Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak memiliki akun resmi Facebook dan Twitter. Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak bertanggungjawab atas unggahan atau tulisan-tulisan di akun medsos tersebut diatas yang mengatasnamakan Gereja St. Stefanus ataupun Paroki Cilandak.

Foto Wilayah - Lingkungan