Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 1)
Katekese
Berita Terkait
- Mengapa Ekaristi? (4 - habis)0
- Mengapa Ekaristi? (3)0
- Mengapa Ekaristi? (2)0
- Mengapa Ekaristi? (1)0
- Altar dan Relikwi0
- Ex Opere Operato0
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?0
- Apa itu Novena?0
- Seruan \'Ya Tuhanku dan Allahku\'0
- Hari Raya dalam Kalendarium Liturgi0
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Katekese
Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci
seperti yang diamanatkan dalam Dokumen Konsili Vatikan II “Dei Verbum” (DV) – Konstitusi Dogmatis Wahyu Ilahi
(bagian 1)
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu dokumen dari Konsili Vatikan II ‘Dei Verbum’ (DV) menjelaskan tentang Wahyu Ilahi dalam Gereja Katolik. Dinyatakan bahwa berdasarkan Kitab Suci, kita diajar bahwa kita mengenal Tuhan melalui pewahyuan akan diri-Nya, yang kepenuhannya ada di dalam Kristus:
“Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih. Ef 1:9); berkat rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi (lih. Ef 2:18; 2Ptr1:4)…..melalui wahyu itu, kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang Allah dan keselamatan manusia nampak bagi kita di dalam Kristus, yang sekaligus adalah Pengantara dan kepenuhan seluruh wahyu.” (Konsili Vatikan II, tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum (DV) 2)
Pertama-tama kita diajar bahwa keberadaan Allah dapat kita ketahui dari atau melalui karya-karya ciptaan-Nya. Oleh wahyu Allah ini, dikatakan bahwa di dalam Kristus Sang Sabda, Allah menciptakan segala sesuatu. Maka dari itu Allah dapat diketahui keberadaan-Nya melalui karya-karya ciptaan-Nya. Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:
“Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui sabda-Nya (lih. Yoh 1:3), serta melestarikannya, dalam makhluk-makhluk ciptaan senantiasa memberikan kesaksian tentang diri-Nya kepada manusia (lih. Rom 1:19-20)….” (DV 3)
Selanjutnya Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia pertama. Setelah mereka jatuh dalam dosa, Allah tak henti-hentinya menjaga dan memelihara umat manusia. Ia memanggil Abraham, para patriarkh, Musa dan para nabi, mengajarkan hal pengetahuan tentang diri-Nya sebagai Allah yang satu, yang hidup dan sejati, dan mengajarkan manusia agar menantikan Sang Penyelamat; dan dengan demikian mempersiapkan umat manusia untuk menerima Injil, selama berabad-abad. (lih. DV 3)
Kemudian, secara istimewa Allah dikenal melalui Putera-Nya, Yesus Kristus. “Setelah berulang kali dan dengan berbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para Nabi, “…akhirnya pada zaman akhir ini Ia telah bersabda kepada kita dengan perantaraan Putera-Nya” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sang Sabda yang kekal, yang menyinari semua orang, supaya Ia tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18)…. Ia [Yesus] “menyampaikan sabda Allah” (Yoh3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36; Yoh 17:4). Barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih. Yoh 14:9). Oleh karena itu, Yesus menyempurnakan wahyu dengan menggenapinya melalui segenap karya-Nya yang membuat-Nya hadir dan menyatakan diri-Nya sendiri: melalui sabda maupun perbuatan-Nya, dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat-Nya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh kemuliaan dari maut, dan akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran. Ia meneguhkan dengan kesaksian ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa serta maut, dan untuk membangkitkan kita bagi hidup kekal.” (DV 4)
Lantas bagaimana soal pewahyuan dalam kitab suci ini selanjutnya? Tuhan kita Yesus Kristus memerintahkan para rasul untuk meneruskan Injil yang diwahyukan Allah kepada semua bangsa. “Dalam kebaikan-Nya Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunannya. Maka Kristus Tuhan, yang di dalam-Nya kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi digenapi (lih. 2Kor1:20; 2Kor3:13; 2Kor4:6), memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya dengan mulut-nya sendiri, mereka wartakan pada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan dan untuk membagikan kurnia-kurnia ilahi kepada mereka….” (DV 7) – BERSAMBUNG.
