BAGAIMANA KITA AKAN DITRANSFORMASIKAN PADA WAKTU YESUS DATANG KEMBALI KELAK?
Berita Terkait
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN0
- Edukasi Masyarakat untuk Hidup Sehat0
- Bahaya mengkonsumsi Kerupuk0
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)5
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Ketika seorang arsitek merancang sebuah bangunan baru, seringkali dia membuat sebuah “model” atau “maket” dari rancangannya tersebut, sehingga bouwheer dari bangunan baru itu dapat memperoleh ide bagaimana bentuk produk akhir itu jadinya nanti. Tentu saja, transfigurasi membuktikan bahwa Yesus adalah Allah. Namun pada saat bersamaan, peristiwa transfigurasi itu juga memperlihatkan kepada kita “model dalam skala kecil” tentang bagaimana kita akan ditransformasikan pada waktu Yesus datang kembali dalam kemuliaan-Nya kelak.
Tentunya suatu pemandangan yang sangat menakjubkan yang terjadi di gunung itu (banyak orang mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Gunung Tabor meskipun Injil tidak menyebut nama gunung itu). Di hadapan Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus ditransformasikan. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari. Pakaian-Nya menjadi putih terang benderang. Terapung-apung dalam kemuliaan surgawi, ketiga rasul itu menjadi terdiam ...... “pengalaman Tabor” atau “Tabor experience”. Sekarang kontraskanlah gambaran ini dengan peristiwa di bukit Kalvari ketika Yesus “ditinggikan” di atas kayu salib. Di atas gunung itu Yesus ditinggikan dalam kemuliaan. Akan tetapi, di Kalvari Dia ditinggikan di atas kayu salib, babak belur dan berdarah-darah penuh luka karena siksaan, dan terengah-engah dalam bernapas.
Apakah ini sebuah ironi yang gila-gilaan? Yesus yang sama, yang ditolak, diolok-olok, dipukuli, disiksa, dianiaya oleh orang-orang (yang terpandang dalam masyarakat) justru dideklarasikan oleh Allah yang Mahakuasa sebagai “Anak-Ku yang terkasih dan kepada-Nyalah aku berkenan” (Mat 17:5). Bagaimana seharusnya reaksi kita terhadap dua hal yang saling kontras ini?
Pertama-tama, kita tahu bahwa kita dapat menempatkan kepercayaan kita dalam diri Yesus. Manusia lainnya dapat saja menolak Dia, namun Allah telah meninggikan Dia dan memberikan kepada-Nya kuasa untuk menyembuhkan dan menyelamatkan. Lebih dari apa pun yang lain, Dia adalah Putera tercinta dari Bapa di surga, yang mati di atas kayu salib demi menebus segala dosa dan pelanggaran kita, dan sekarang dengan penuh kuasa memerintah dalam kemuliaan di surga.
Kedua, kita dapat menempatkan pengharapan kita dalam janji akan kebangkitan. Selagi kita terus menempatkan kepercayaan kita dalam Yesus dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Roh Kudus-Nya, kita pun akan sepenuhnya ditrasformasikan. Seperti Yesus dimuliakan di atas gunung itu, pada waktu kedatangan Yesus untuk kedua kalinya kelak, kita pun akan dibangkitkan, tanpa cela dan memancarkan cahaya. Selama kita hidup di dunia ini dan terus berjuang untuk hidup bagi Kristus, kita bisa saja mengalami turun-naiknya iman dsb. Akan tetapi kita tidak pernah boleh kehilangan rasa percaya kita. Ingatlah bahwa kita memegang janji Allah untuk mengalami transformasi – dan kuasa Roh Kudus yang akan menolong kita – menjaga kita!
