Mengapa Ekaristi? (1)
Katekese

By RP. Thomas Suratno, SCJ. 10 Agu 2019, 22:47:14 WIB Surat Gembala
Mengapa Ekaristi? (1)

Keterangan Gambar : Katakese


Tidak begitu sering tetapi ada dua atau tiga umat (muda) yang datang kepada saya bertanya mengenai Sakramen Ekaristi karena dia ditanya oleh pacarnya (non-katolik). Pertanyaanya adalah ‘mengapa kamu percaya kepada Sakramen, yang menyelamatkan kan Tuhan Yesus dan bukan sepotong roti?’ Sebenarnya ada banyak umat non-Katolik juga yang sering mempertanyakan mengapa umat Katolik merayakan Ekaristi setiap minggu bahkan setiap hari. Mereka sering mempertanyakan dasar alkitabiah dari pengajaran Ekaristi. Sebaliknya, ada juga sebagian umat Katolik sendiri yang juga ‘merasa’ bahwa perayaan Ekaristi kurang menyentuh perasaan mereka (OMK biasanya), sehingga terasa membosankan. Pertanyaan mendasar adalah apakah mereka sungguh mengerti dan percaya tentang Sakramen? Jangan-jangan mereka tidak membutuhkan Sakramen (Ekaristi) walaupun mereka umat Katolik. Hal itu ditunjukkan misalnya oleh mereka yang suka ‘jajan’ di acara-acara rohani (gereja/persekutuan) lain yang lebih menyenangkan dan menemukan kepuasan hati. 

Maka dari itu, baiklah kalau katekese kali ini dst. bicara tentang alasan-alasan mengapa Gereja Katolik mengambil Ekaristi sebagai bentuk penyembahan yang tertinggi, yang dirayakan setiap minggu bahkan setiap hari sampai akhir zaman. Pertama-tama yang harus dimengerti adalah Gereja Katolik merayakan Ekaristi, karena: 1) tunduk terhadap perintah Kristus, 2) melaksanakan pesan terakhir Kristus, 3) hal ini dilakukan oleh seluruh jemaat perdana, dan diteruskan oleh Gereja di sepanjang sejarah sampai saat ini.
1. Tunduk terhadap perintah Kristus
Dalam Kitab Suci, penginjil Yohanes menulis bahwa bukti kita mengasihi Allah adalah jika kita menjalankan semua perintah-Nya (lih. 1 Yoh 5:3). Lalu perintah yang mana yang dimaksudkan? Tentu semua perintah yang telah diberikan oleh Kristus. Ingatlah bahwa sebelum Kristus naik ke Sorga, Dia memberikan perintah, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20) Selain perintah untuk melakukan evangelisasi/pewartaan dan membaptis seluruh bangsa, Kristus menginginkan agar kita dapat melakukan dan mengajarkan semua orang untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Kristus.

Sehingga dalam hal ini, kita tidak mempunyai hak untuk memilih-milih perintah mana yang kita suka dan mana yang tidak, karena kita pandang sulit atau kurang masuk akal. Ketaatan untuk menjalankan semua perintah Kristus adalah merupakan tanda kedewasaan spiritualitas dari seseorang yang mengaku diri sebagai orang beriman (katolik) dan kemudian persoalan kemampuan untuk menjalankan semua perintah Kristus hanya dapat terjadi dengan bantuan rahmat Allah. Pastilah kalau kita hanya mengandalkan kekuatan manusiawi kita tidak akan bisa secara total menjalankan semua kehendak Allah – perintah-perintah-Nya yang terkandung dalam Sabda-sabda-Nya (Kitab Suci). Namun mengingat Tuhan Yesus kita akui sebagai Raja, maka tidak bisa tidak kita harus tunduk taat pada perintah-perintah-Nya, berusaha dan berjuang untuk melaksanakannya. Maka tradisi memohon rahmat kuat-kuasa Tuhan supaya kita mampu mewujudnyatakan keinginan ilahi dalam diri kita kiranya harus menjadi habitat kaum beriman. Hal ini juga sekaligus menjadi tanda dan perwujudan dari iman kita akan Dia yang adalah Sang Juruselamat kita. (BERSAMBUNG)

---------------------

Disadur dari tulisan Stefanus Tay (yang telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat) yang diposting dalam Website Katolisitas dalam judul yang sama “Mengapa Ekaristi?”: http://www.katolisitas.org/mengapa-ekaristi/




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

INFO

Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak memiliki akun resmi Facebook dan Twitter. Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak bertanggungjawab atas unggahan atau tulisan-tulisan di akun medsos tersebut diatas yang mengatasnamakan Gereja St. Stefanus ataupun Paroki Cilandak.

Foto Wilayah - Lingkungan