Mengapa Ekaristi? (2)
Katekese

By RP. Thomas Suratno, SCJ 18 Agu 2019, 07:14:57 WIB Surat Gembala
Mengapa Ekaristi? (2)

Keterangan Gambar : Katekese


Minggu yang lalu kita melihat bahwa seharusnya umat Katolik harus tunduk kepada perintah Kristus dan tidak membeda-bedakan atau pilih-pilih perintah yang mana. Nah, pada bagian ke-2 ini secara khusus bicara tentang Ekaristi sebagai perintah Kristus yang penting dan yang terakhir.

Ekaristi adalah menyantap Sang Roti Hidup

Semua perintah Kristus adalah penting. Namun, perintah untuk merayakan Ekaristi – makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya – adalah sungguh amat penting, karena menyangkut keselamatan kita. Rasul Yohanes menuliskan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) Lewat mukjizat penggandaan roti dan ikan, Yesus memberi makan orang-orang yang lapar. Namun, Kristus datang ke dunia bukan hanya sekedar memberikan makanan fisik; dan bukan hanya untuk melakukan mukjizat. Ketika orang-orang Yahudi melihat bahwa Kristus dapat menggandakan roti dan kemudian ingin menjadikan-Nya sebagai raja, Kristus menolak dan menyingkir ke gunung seorang diri (lih. Yoh 6:15). Dan ketika Ia bertemu dengan orang-orang Yahudi setelah pergandaan roti, Kristus menegaskan kepada mereka bahwa mereka harus bekerja bukan untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa, namun untuk makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal (lih. Yoh 6:27).

Makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal ini adalah Yesus sendiri, sebab Dia adalah Roti Hidup yang turun dari Sorga (lih. Yoh 6:51). Barang siapa yang datang kepada-Nya tidak akan lapar lagi (lih. Yoh 6:35), yang makan roti hidup tidak akan mati (lih. Yoh 6:50-51). Yesus menegaskan bahwa roti ini adalah daging-Nya sendiri (lih. Yoh 6:51) yang memberi hidup kepada dunia. Sebab barangsiapa yang tidak makan daging-Nya dan minum darah-Nya, ia tidak mempunyai hidup (lih. Yoh 6:53) sedangkan barangsiapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan dibangkitkan pada akhir zaman (lih. Yoh 6:54). Untuk mempertegas hal ini, Yesus mengatakan, “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:55-56) Singkatnya, siapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan hidup untuk selama-lamanya (lih. Yoh 6:56,58).

Orang-orang Yahudi bereaksi, bertengkar... namun setelah dijelaskan dan Yesus tidak memberikan penjelasan atau mengkoreksi ajaran-Nya, namun sebaliknya, Ia mengatakan, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?” (Yoh 6:61) Dan mulai dari saat ini, banyak murid-murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus (lih. Yoh 6:66). Lalu, bagaimana dengan para rasul? Yang jelas Yesus tidak mengkoreksi pengajaran-Nya, karena bagi Yesus suatu kebenaran tidak dapat diubah. Untuk mempertegas bahwa pengajaran yang diberikan-Nya adalah sungguh benar: Dia bermaksud mengatakan bahwa tubuh-Nya adalah benar-benar makanan dan darah-Nya adalah benar- benar minuman yang harus dimakan dan diminum agar seseorang memperoleh hidup yang kekal, maka Yesus bertanya kepada para rasul, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yoh 6:67) Petrus, yang mewakili para rasul yang lain menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:68-69).

Dari sini, kita dapat melihat, bahwa Yesus tidak memberikan pengajaran bahwa tubuh-Nya dan darah-Nya adalah sekedar simbol, namun sungguh-sungguh Dia mengajarkan bahwa tubuh-Nya adalah benar-benar makanan dan darah-Nya adalah benar-benar minuman. Kita dapat mempunyai sikap seperti orang Yahudi yang bertengkar tentang pengajaran ini, atau seperti para murid yang meninggalkan Yesus karena tidak dapat mencerna dan tidak dapat menerima pengajaran ini. Namun, Yesus tidak pernah bergeming terhadap kebenaran ini. Sebagai murid Kristus,  sudah seharusnya kita mempunyai sikap seperti Petrus, yang walaupun kadang tidak mengerti (atau tepatnya belum sepenuhnya mengerti) ataupun sulit memahami kebenaran ini, tapi tetap mempercayai Kristus yang karena kasih-Nya, ingin bersatu dengan kita dengan memberikan tubuh dan darah-Nya. Mungkin kebenaran ini sulit diterima, karena terdengar “too good to be true“. 

Pertanyaan Refleksi:

Lalu bagaimana dengan kita yang senantiasa pergi ke gereja mengikuti Perayaan Ekasristi, apakah kita sudah dan tetap mengakui bahwa yang kita terima bukanlah simbol tetapi senyatanya kita menyantap Tubuh dan darah Kristus, Sang Roti Hidup?  *** (BERSAMBUNG)

Disadur dari: http://www.katolisitas.org/mengapa-ekaristi/




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

INFO

Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak memiliki akun resmi Facebook dan Twitter. Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak bertanggungjawab atas unggahan atau tulisan-tulisan di akun medsos tersebut diatas yang mengatasnamakan Gereja St. Stefanus ataupun Paroki Cilandak.

Foto Wilayah - Lingkungan