Misa anak anak - 6
Katekese
Berita Terkait
- KATEKESE LITURGI0
- Misa Anak-anak – 40
- Arti Penumpangan Tangan Dalam Gereja Katolik0
- MISA ANAK-ANAK – 20
- MISA ANAK-ANAK - 10
- TENTANG EKARISTI0
- Tuguran pada Malam Kamis Putih0
- Tentang Hari Minggu Palma0
- KATEKESE LITURGI0
- Cara Menyambut Komuni Kudus0
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Katakese
Apakah anak-anak membutuhkan bantuan unsur-unsur visual?
Kemampuan melihat dari anak-anak perlu juga diperhatikan dengan baik. Banyak unsur visual yang berperan penting dalam perayaan liturgi anak. Apa pun yang dilihat anak-anak bisa menjadi sarana pendidikan iman dan membantu penghayatan mereka akan liturgi itu sendiri. Unsur visual itu bisa tampil dalam bentuk benda khusus yang sudah lazim (altar, lilin, salib, dsb), gambar, warna simbolis, atau hiasan-hiasan lain. Unsur-unsur visual dapat menciptakan suasana perayaan yang segar, tidak kering dan membosankan (Pedoman Misa Bersama Anak - PMBA 35). Mata yang melihat keindahan dapat mengimbangi otak yang sering diperas untuk berpikir. Maka, baik juga sebelum Misa itu anak-anak dilibatkan dalam persiapan dengan membuat unsur-unsur visual sendiri. Misalnya membuat gambar yang melukiskan isi bacaan, ujud-ujud doa umat, atau menyiapkan alat peraga lain yang akan digunakan untuk membantu permenungan tema (bendera, rangkaian bunga, balon, dsb). Dalam kesempatan tertentu, misalnya homili, Imam dapat menyinggung atau menjelaskan makna unsur-unsur visual yang ada dan mengaitkannya dengan tema atau pesan Misanya.
Bagaimana dengan Saat hening?
Saat hening juga penting. Meskipun peluang bergerak diberi perhatian yang cukup banyak, sebaiknya tetap diajarkan juga arti pentingnya saat hening kepada anak-anak. Janganlah kesibukan lahir terlalu ditekankan. Anak-
anak sesungguhnya juga sanggup untuk menciptakan keheningan dan berdoa dalam batin. Namun, untuk itu mereka harus dibimbing dan dibantu supaya belajar mengalami saat hening (PMBA 37). Kapan saat-saat hening itu? Misalnya setelah mereka mendengarkan bacaan dan homili untuk merenung, setelah menerima komuni untuk memuji Tuhan dan berdoa dalam hati. Teks-teks liturgis pun hendaknya dibawakan dengan perlahan, tenang dan jelas, tidak terburu-buru. Imam membawakannya begitu. Demikian juga anak-anak yang bertugas membawakan teks sebaiknya sungguh dilatih untuk membawakan dengan baik dan menarik.
Bagian-bagian Misa dapat disesuaikan dan yang tak boleh diubah
Bagian akhir dari katekese Misa Anak adalah bagian mana yang bisa disesuaikan dan mana yang tidak. Memang Misa untuk anak-anak dapat dibuat agak berbeda dari Misa untuk orang dewasa. Pembedaan itu diperlukan mengingat kebutuhan atau keadaan psikologis yang memang tak sama antara anak-anak dan orang dewasa (PMBA 38). Maka, ada beberapa bagian dalam Misa yang tetap harus dipertahankan dan ada pula yang bisa disesuaikan, bahkan diganti atau dihilangkan. Pada dasarnya, jangan sampai perbedaan itu menjadi terlalu besar. Jika terlampau berbeda, maka anak-anak akan dijauhkan dari Perayaan Ekaristi yang sebenarnya.
Kemudian bagian yang tak boleh diubah adalah sbb.:
[1] Struktur umum Misa yang terdiri dari dua bagian utama yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, yang didahului oleh Ritus Pembuka dan diakhiri dengan Ritus Penutup;
[2] Rumus aklamasi dan jawaban yang diberikan umat atas salam dan doa Imam Selebran;
[3] Doa Tuhan “Bapa Kami” yang resmi;
[4] Penyebutan Allah Tritunggal pada akhir berkat penutup;
[5] Syahadat atau pengakuan iman (PMBA 39).
Tentu saja, masih ada beberapa bagian lain yang memang sudah tidak boleh diubah menurut aturan atau tata cara baku yang lebih tinggi dari Pedoman Misa Bersama Anak (PMBA), misalnya norma-norma dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) dan Kitab Hukum Kanonik (KHK) Gereja Katolik. Beberapa upaya kreatif memang dapat diusahakan. Namun, dalam melihat peluang kreatif tentunya harus juga mempertimbangkan kemungkinan terbaik yang bisa diraih.*** SELESAI.
