Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?
Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?

By Tim Komsos 10 Jun 2018, 13:25:47 WIB Orbitan Utama
Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?

Keterangan Gambar : Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?


Manusia sebenarnya tak terbatas hanya berdasarkan suku, ras, agama, dan golongan. Manusia adalah totalitas ciptaan Tuhan, mahluk sosial yang butuh bermasyarakat. Ketika bermasyarakat kita berbicara soal pluralitas yang jelas tercermin dalam semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika dengan makna, berbeda-beda tetapi tetap satu. Dari pengertian tersebut, perlu ditegaskan bahwa kesatuan ada karena adanya perbedaan. Melalui semboyan nasional itu kita seharusnya bisa merefleksikan kemajemukan Indonesia.

Oleh karena perbedaan yang mengarah pada kesatuan, perlu adanya kerukunan antar sesama. Dalam buku berjudul Kerukunan Umat Beragama: Pilar Utama Kerukunan Berbangsa yang diterbitkan pada 2002 dijelaskan rukun berasal dari bahasa Arab yaitu ruknun yang berarti asas atau dasar. Dalam Bahasa Indonesia, rukun yang menujuk pada adanya hubungan baik, serasi, selaras, dan seimbang antarpribadi, serta golongan dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang majemuk dari segi agama, seperti Indonesia, gagasan kerukunan mulai diperkenalkan sejak 1967 dan memang sudah seharusnya menjadi unsur yang sangat fundamental, bagi kerangka dasar pengembangan kehidupan beragama. Sejarah mengajarkan kita bahwa hanya dengan mewujudnyatakan dan memantapkan kerukukan secara konsisten dan berkesinambungan, kemajemukan agama tidak membawa negara ini pada keadaan terpecah belah.

Bila disadari bersama, kemajemukan yang diperlihatkan dalam hubungan yang seimbang antarpribadi, golongan dalam masyarakat mengakui adanya perbedaan secara hakiki. Tetapi yang menonjol bukanlah benturan dan konflik melainkan kedamaian, kesejukan, ketertiban, dan keamanan. Mengapa kita perlu menyadari hal tersebut? Karena melalui perbedaan, kita bisa saling memberi, memperkaya, dan saling melengkapi. Saling menyuburkan, menghidupkan, dan menopang. Dengan menyikapi perbedaan melalui kerukunan, persatuan bangsa pada umumnya dan di lingkungan pada khususnya dapat dibina serta dilestarikan. Nah bila melihat perbedaan dari sudut pandang saat ini, banyak sekali peristiwa lokal yang mengarah pada peningkatkan benturan dan konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).

Munculnya benturan atau konflik yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang ditanam sebelumnya. Benturan tersebut merupakan cerminan dari belum dihayatinya secara penuh arti atau makna, serta perlunya kerukunan antar sesama. Perwujudan musyawarah untuk mufakat yang menjadi contoh persatuan seharusnya menjadi cerminan pemberlakukan demokrasi Pancasila ternyata belum dilakukan maksimal. Akan tetapi jika persatuan dengan tujuan akhirnya yaitu sebuah demokrasi, penting dipahami sesuai dengan sila khas Indonesia dalam Pancasila. Sila Persatuan Indonesia yang memiliki nilai universal, satu tanah, satu bangsa, dan satu bahasa.

 

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada MEDIA PASS EDISI JUNI 2018 - 165




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

INFO

Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak memiliki akun resmi Facebook dan Twitter. Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak bertanggungjawab atas unggahan atau tulisan-tulisan di akun medsos tersebut diatas yang mengatasnamakan Gereja St. Stefanus ataupun Paroki Cilandak.

Foto Wilayah - Lingkungan