Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?
Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?
Berita Terkait
- Mengapa Kartini Diperingati dan Berpakaian Adat?0
- KESEHATAN MENTAL & EMOSIONAL REMAJA0
- Liputan Komuni Pertama0
- Final FUTSAL OMK - seKAJ0
- MANFAAT BERSEPEDA BAGI KESEHATAN TUBUH0
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat1
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Seberapa Penting Loyalitas dalam Lingkungan yang Majemuk?
Manusia sebenarnya tak terbatas hanya berdasarkan suku, ras, agama, dan golongan. Manusia adalah totalitas ciptaan Tuhan, mahluk sosial yang butuh bermasyarakat. Ketika bermasyarakat kita berbicara soal pluralitas yang jelas tercermin dalam semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika dengan makna, berbeda-beda tetapi tetap satu. Dari pengertian tersebut, perlu ditegaskan bahwa kesatuan ada karena adanya perbedaan. Melalui semboyan nasional itu kita seharusnya bisa merefleksikan kemajemukan Indonesia.
Oleh karena perbedaan yang mengarah pada kesatuan, perlu adanya kerukunan antar sesama. Dalam buku berjudul Kerukunan Umat Beragama: Pilar Utama Kerukunan Berbangsa yang diterbitkan pada 2002 dijelaskan rukun berasal dari bahasa Arab yaitu ruknun yang berarti asas atau dasar. Dalam Bahasa Indonesia, rukun yang menujuk pada adanya hubungan baik, serasi, selaras, dan seimbang antarpribadi, serta golongan dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang majemuk dari segi agama, seperti Indonesia, gagasan kerukunan mulai diperkenalkan sejak 1967 dan memang sudah seharusnya menjadi unsur yang sangat fundamental, bagi kerangka dasar pengembangan kehidupan beragama. Sejarah mengajarkan kita bahwa hanya dengan mewujudnyatakan dan memantapkan kerukukan secara konsisten dan berkesinambungan, kemajemukan agama tidak membawa negara ini pada keadaan terpecah belah.
Bila disadari bersama, kemajemukan yang diperlihatkan dalam hubungan yang seimbang antarpribadi, golongan dalam masyarakat mengakui adanya perbedaan secara hakiki. Tetapi yang menonjol bukanlah benturan dan konflik melainkan kedamaian, kesejukan, ketertiban, dan keamanan. Mengapa kita perlu menyadari hal tersebut? Karena melalui perbedaan, kita bisa saling memberi, memperkaya, dan saling melengkapi. Saling menyuburkan, menghidupkan, dan menopang. Dengan menyikapi perbedaan melalui kerukunan, persatuan bangsa pada umumnya dan di lingkungan pada khususnya dapat dibina serta dilestarikan. Nah bila melihat perbedaan dari sudut pandang saat ini, banyak sekali peristiwa lokal yang mengarah pada peningkatkan benturan dan konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).
Munculnya benturan atau konflik yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang ditanam sebelumnya. Benturan tersebut merupakan cerminan dari belum dihayatinya secara penuh arti atau makna, serta perlunya kerukunan antar sesama. Perwujudan musyawarah untuk mufakat yang menjadi contoh persatuan seharusnya menjadi cerminan pemberlakukan demokrasi Pancasila ternyata belum dilakukan maksimal. Akan tetapi jika persatuan dengan tujuan akhirnya yaitu sebuah demokrasi, penting dipahami sesuai dengan sila khas Indonesia dalam Pancasila. Sila Persatuan Indonesia yang memiliki nilai universal, satu tanah, satu bangsa, dan satu bahasa.
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada MEDIA PASS EDISI JUNI 2018 - 165
