Umat Katolik dan Kitab Suci
Katekese
Berita Terkait
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 2)0
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 1)0
- Mengapa Ekaristi? (4 - habis)0
- Mengapa Ekaristi? (3)0
- Mengapa Ekaristi? (2)0
- Mengapa Ekaristi? (1)0
- Altar dan Relikwi0
- Ex Opere Operato0
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?0
- Apa itu Novena?0
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Katekese
Suatu pemandangan umum yang sering kita lihat bahwa – kalau kita berkunjung ke gereja tetangga - Gereja-gereja Protestan menyediakan Kitab Suci di bangku-bangku mereka serta mendorong umatnya untuk membawa Kitab Suci mereka sendiri. Itulah kenyataannya. Bagaimana dengan gereja Katolik? Apakah seperti itu? Yang terjadi adalah – khusunya di KAJ - menyediakan Lembaran Misa di bangku-bangku mereka yang berisi bacaan-bacaan dari Kitab Suci yang akan diwartakan pada hari itu. Atau di Katedral buku teks dan bacaan Misa untuk satu bulan. Seandainya ada seruan umat katolik diharapkan atau dianjurkan untuk membawa Kitab Suci pribadi mereka untuk digunakan pada waktu doa dan renungan sebelum dan sesudah Misa. Yang sering terjadi adalah umat Katolik – di luar KAJ - ke gereja membawa Puji Syukur saja, tanpa Kitab Suci. Sedangkan di gereja kita, paroki Cilandak, Umat Katolik datang tidak bawa apa-apa karena Puji Syukur sudah disediakan dan lembaran bacaan (Kitab Suci) sudah disediakan juga. Di sini saya hanya mau mengatakan bahwa gejala ini menimbulkan kesan bahwa Gereja Katolik tidak begitu akrab dengan Kitab Suci.
Kemudian kita tahu bahwa sebagian besar umat non-Katolik tidak paham bahwa Gereja Katolik menyelenggarakan pelayanan liturgi – Misa Harian - setiap hari sepanjang tahun. Mereka juga tidak paham bahwa Gereja Katolik mempunyai kalender liturgi yang menentukan bacaan-bacaan mana dari Kitab Suci yang harus diwartakan setiap hari sepanjang tahun. Seperti kita ketahui bahwa bacaan-bacaan hari Minggu dibagi dalam tiga Lingkaran Tahun Gereja (Tahun A, Tahun B dan Tahun C). Setiap lingkaran tahunan dipusatkan pada salah satu dari ketiga Injil sinoptik (Tahun A : Matius, Tahun B : Markus atau Tahun C : Lukas). Sedangkan Injil Yohanes digunakan pada setiap lingkaran tahunan pada masa Paskah
dan pada tahun B karena Injil Markus lebih pendek dibandingkan Injil sinoptik lainnya. Tahun Baru Gereja dimulai pada Minggu Pertama Masa Adven dan berakhir pada Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Bacaan dari Perjanjian Lama dan Mazmur Tanggapan dipilih yang sesuai dengan bacaan Injil. Bacaan kedua diambil dari Surat-surat para Rasul dari Perjanjian Baru dan diwartakan mulai dari awal hingga akhir. Selama Masa Paskah, bacaan dari Kisah Para Rasul menggantikan bacaan dari Perjanjian Lama. Kalender liturgi dan lingkaran tahun gereja telah dipergunakan, dengan sedikit perubahan, baik oleh gereja-gereja Lutheran maupun Episcopal. Dan sejauh yang pernah saya dengar dari beberapa bapa pendeta ada yang menggunakan kalender liturgi gereja katolik. Mereka menilai ‘baik’ adanya kalendarium liturgi itu sehingga liturgi mereka (khususnya pewartaan KS) tidak menjadi pewartaan ‘mana suka’ (suka-suka bapa pendetanya).
Misa harian mempunyai satu lingkaran pewartaan Injil. Keempat Injil digunakan dalam Misa harian sepanjang tahun. Bacaan pertama dalam Misa harian menggunakan Tahun I (untuk tahun ganjil) atau Tahun II (untuk tahun genap). Bacaan Misa harian pada Masa Adven dan Masa Paskah selalu sama setiap tahun. Dari sini kita tahu bahwa kapan saja kita dapat pergi ke sebuah Gereja Katolik di mana saja di seluruh dunia dan kita akan mendengarkan bacaan-bacaan yang sama diwartakan pada hari yang sama. Jika seseorang ambil bagian dalam Misa harian setiap hari selama tiga tahun, maka ia akan mendengarkan kurang lebih 98% Perjanjian Baru dan lebih dari 85% Perjanjian Lama diwartakan dari ambo (= tempat pewartaan/mimbar).
Di samping itu, percaya atau tidak, Perayaan Eakristi banyak sekali menggunakan kutipan-kutipan yang diambil dari Kitab Suci. Jika saja seseorang mempergunakan stopwatch untuk menghitung banyaknya waktu yang dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci selama Perayaan Ekaristi berlangsung, ia akan mendapati bahwa mulai dari Salam hingga Pengutusan, lebih dari 25% waktu yang dipergunakan untuk merayakan Misa dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci, bukan membicarakannya, tetapi mendoakan dengan kutipan-kutipan itu serta mewartakannya. Tidak satu pun kebaktian Kristen non-Katolik yang bahkan mendekati banyaknya waktu tersebut dalam mewartakan Injil.
Menarik sekali kalau kita cermati beberapa contoh di bawah ini:
2 Kor 13:13
:
Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.
Mzm 123:3, Yes 33:2
:
Tuhan, kasihanilah kami.
Mat 20:30-31, Luk 17:13
:
Kristus, kasihanilah kami.
Luk 2: 14
:
Kemuliaan kepada Allah di surga,
dan damai di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya.
Why 4:8
:
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa.
Luk. 22:19
:
Inilah tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu.
Mat 26:28
:
Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa.
Mat 6:9-13
:
Bapa Kami yang ada di surga ....
1Pet 5:14
:
Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.
Yoh 1:29
:
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Why 19:9
:
Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.
Mat 8:8
:
Ya, Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.
2 Kor 9:15
:
Syukur kepada Allah.
Semoga kita semua, umat Katolik, sadar akan hal di atas. Kita memang harus mengakui kurang akrab dengan Kitab Suci dan kalau diajak KKS (Kerasulan Kitab Suci) kurang berkenan di hati bahkan membosankan kalau mengikutinya karena tidak begitu mengerti. Di samping itu ada juga ada umat Katolik di mana Kitab Suci menjadi ‘momok’ yang menakutkan dalam pertemuan lingkungan. ‘Takut kalau ditanya-tanya...” Maka dari itu bisa dimaklumi bahwa mengapa sejak Konsili Vatikan II dengan diterbitkannya Dokumen ‘Dei Verbum’ belum bisa mencapai tujuannya di mana umat sungguh diharapkan mau mencintai Kitab Suci yang diwujudkan dengan suka hati membaca, merenungkan dan menghayati serta mewartakan Injil kepada sesama. Semoga di paroki kita tumbuh berkembang umat yang mencintai Kitab Suci dengan membentuk Kelompok Kategorial KKS apapun namanya dan meningkatkan kualitas KeFas (Kelompok Fasilitator) supaya dapat lebih baik dalam melayani umat. Semoga!!!
