Umat Katolik dan Kitab Suci
Katekese

By RP. Thomas Suratno, SCJ 03 Okt 2019, 09:58:37 WIB Surat Gembala
Umat Katolik dan Kitab Suci

Keterangan Gambar : Katekese


Suatu pemandangan umum yang sering kita lihat bah­wa – kalau kita berkunjung ke gereja tetangga - Gereja-gereja Pro­testan menyediakan Kitab Suci di bangku-bangku mereka ser­ta mendorong umatnya untuk membawa Kitab Su­ci mereka sendiri. Itulah kenyataannya. Bagaimana dengan gereja Kato­lik? Apakah seperti itu? Yang terjadi adalah – khusunya di KAJ - menyediakan Lembaran Misa di bangku-bangku mereka yang berisi bacaan-bacaan dari Kitab Suci yang akan diwar­takan pada hari itu. Atau di Katedral buku teks dan bacaan Misa untuk satu bulan. Se­andainya ada seruan umat katolik di­harapkan atau dianjur­kan untuk membawa Kitab Suci pri­badi mereka untuk di­guna­kan pada waktu doa dan renungan se­belum dan se­sudah Misa. Yang sering terjadi adalah umat Katolik – di luar KAJ - ke gereja membawa Puji Syukur saja, tanpa Kitab Suci. Sedangkan di gereja kita, paroki Cilandak, Umat Katolik datang tidak bawa apa-apa karena Puji Syukur sudah disediakan dan lembaran bacaan (Kitab Suci) sudah di­sediakan juga. Di sini saya hanya mau mengatakan bahwa ge­jala ini menimbulkan kesan bahwa Gereja Katolik tidak begitu akrab dengan Kitab Suci.

Kemudian kita tahu bahwa sebagian besar umat non-Katolik tidak paham bahwa Gereja Katolik menyelenggarakan pelayanan liturgi – Misa Harian - setiap hari sepanjang ta­hun. Mereka juga tidak paham bahwa Gereja Katolik mem­punyai kalender liturgi yang menentukan bacaan-bacaan ma­na dari Kitab Suci yang harus diwartakan setiap hari sepan­jang tahun. Seperti kita ketahui bahwa bacaan-bacaan hari Minggu dibagi dalam tiga Lingkaran Tahun Gereja (Tahun A, Tahun B dan Tahun C). Setiap lingkaran tahunan dipusatkan pada salah satu dari ketiga Injil sinoptik (Tahun A : Matius, Tahun B : Markus atau Tahun C : Lukas). Sedangkan Injil Yohanes diguna­kan pada setiap lingkaran tahunan pada masa Paskah

dan pada tahun B karena Injil Markus lebih pendek dibandingkan Injil sinoptik lain­nya. Tahun Baru Gereja dimulai pada Minggu Pertama Masa Adven dan berakhir pada Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Bacaan dari Perjanjian Lama dan Mazmur Tanggapan dipilih yang sesuai dengan bacaan Injil. Bacaan kedua diambil dari Surat-surat para Rasul dari Perjanjian Baru dan diwartakan mulai dari awal hingga akhir. Selama Masa Paskah, bacaan dari Kisah Para Rasul menggantikan bacaan dari Perjanjian Lama. Kalender liturgi dan lingkaran tahun gereja telah diper­gunakan, dengan sedikit perubahan, baik oleh gereja-gereja Lutheran maupun Episcopal. Dan sejauh yang pernah saya dengar dari beberapa bapa pendeta ada yang menggunakan kalender liturgi gereja katolik. Mereka menilai ‘baik’ adanya kalen­darium liturgi itu sehingga liturgi mereka (khususnya pewartaan KS) tidak menjadi pewartaan ‘mana suka’ (suka-suka bapa pendetanya).

Misa harian mempunyai satu lingkaran pewartaan Injil. Keempat Injil diguna­kan dalam Misa harian sepanjang tahun. Bacaan pertama dalam Misa harian meng­gunakan Tahun I (untuk tahun ganjil) atau Tahun II (untuk tahun genap). Bacaan Misa harian pada Masa Adven dan Masa Paskah selalu sama setiap tahun. Dari sini kita tahu bahwa kapan saja kita dapat pergi ke sebuah Gereja Katolik di mana saja di seluruh dunia dan kita akan mendengarkan bacaan-bacaan yang sama diwartakan pada hari yang sama. Jika seseorang ambil bagian dalam Misa harian setiap hari selama tiga tahun, maka ia akan mendengarkan kurang lebih 98% Perjanjian Baru dan lebih dari 85% Perjanjian Lama diwartakan dari ambo (= tempat pewartaan/mimbar).

Di samping itu, percaya atau tidak, Perayaan Eakristi banyak sekali meng­gu­nakan kutipan-kutipan yang diambil dari Kitab Suci. Jika saja seseorang memper­gunakan stopwatch untuk menghitung banyaknya waktu yang dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci selama Perayaan Ekaristi berlangsung, ia akan mendapati bahwa mulai dari Salam hingga Pengutusan, lebih dari 25% waktu yang dipergunakan untuk merayakan Misa dipergunakan untuk mewartakan Kitab Suci, bukan mem­bicarakannya, tetapi mendoakan dengan kutipan-kutipan itu serta mewartakannya. Tidak satu pun kebaktian Kristen non-Katolik yang bahkan mendekati banyaknya waktu tersebut dalam mewartakan Injil.

Menarik sekali kalau kita cermati beberapa contoh di bawah ini:

2 Kor 13:13

:

Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.

Mzm 123:3, Yes 33:2

:

Tuhan, kasihanilah kami.

Mat 20:30-31, Luk 17:13

:

Kristus, kasihanilah kami.

Luk 2: 14

:

Kemuliaan kepada Allah di surga,

dan damai di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya.

Why 4:8

:

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa.

Luk. 22:19

:

Inilah tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu.

Mat 26:28

:

Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa.

Mat 6:9-13

:

Bapa Kami yang ada di surga ....

1Pet 5:14

:

Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.

Yoh 1:29

:

Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Why 19:9

:

Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.

Mat 8:8

:

Ya, Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

2 Kor 9:15

:

Syukur kepada Allah.

 

Semoga kita semua, umat Katolik, sadar akan hal di atas. Kita memang harus mengakui kurang akrab dengan Kitab Suci dan kalau diajak KKS (Kerasulan Kitab Suci) kurang berkenan di hati bahkan membosankan kalau mengikutinya karena tidak begitu mengerti. Di samping itu ada juga ada umat Katolik di mana Kitab Suci menjadi ‘momok’ yang menakutkan dalam pertemuan lingkungan. ‘Takut kalau ditanya-tanya...” Maka dari itu bisa dimaklumi bahwa mengapa sejak Konsili Vatikan II dengan diterbitkannya Dokumen ‘Dei Verbum’ belum bisa mencapai tujuannya di mana umat sungguh diharapkan mau mencintai Kitab Suci yang diwujudkan dengan suka hati membaca, merenungkan dan menghayati serta mewartakan Injil kepada sesama. Semoga di paroki kita tumbuh berkembang umat yang mencintai Kitab Suci dengan membentuk Kelompok Kategorial KKS apapun namanya dan meningkatkan kualitas KeFas (Kelompok Fasilitator) supaya dapat lebih baik dalam melayani umat. Semoga!!!




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

INFO

Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak memiliki akun resmi Facebook dan Twitter. Gereja Katolik St. Stefanus Paroki Cilandak tidak bertanggungjawab atas unggahan atau tulisan-tulisan di akun medsos tersebut diatas yang mengatasnamakan Gereja St. Stefanus ataupun Paroki Cilandak.

Foto Wilayah - Lingkungan