Sejarah St. Stefanus
Berita Foto Populer

Umat katolik di daerah Cilandak pada sekitar tahun 1969 tertampung dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan Fransiskus Xaverius, Lingkungan maria Fatima, dan lingkungan Kristoforus. Ketiga lingkungan itu sebenarnya termasuk dalam paroki Santo Yohanes penginjil/ Blok B jakarta selatan. Cita-cita umat katolik di daerah Cilandak dan sekitarnya pada waktu itu adalah ingin mempunyai tempat ibadat sendiri di daerahnya dan tentunya menjadi satu paroki sendiri.
Gagasan membangun sebuah kapel untuk tempat ibadah umat katolik di daerah cilandak dan sekitarnya diutarakan sekitar tahun 1969. Sejak itu kolekte dari misa bulanan dicatat sebagai tabungan untuk dana pembangunan kapel, meskipun gagasan tersebut masih mirip suatu mimpi. Semangat membangun kapel terus berkembang, dipelopori oleh paroki induknya (Santo Yohanes Penginjil Blok B), oleh karenanya diadakanlah Aksi Pengumpulan dana.
Aksi tersebut berlanjut sampai sekitar tahun 1977.
Melalui sumbangan perorangan, kegiatan ini kemudian terhenti setelah ada rencana untuk membangun gereja untuk umat cilandak dan sekitarnya. Rencana membangun gedung gereja tersebut sebenarnya sudah timbul ditahun 1976. Pada waktu itulah panitia pembanguan gereja dibentuk.Tugas panita mencari dan mengusulkan lokasi tempat pembangunan gereja. Salah satu yang diusulkan adalah lokasi tanah milik P.T.B, yang sekarang gereja berdiri.
Berkenaan dengan itu pada tanggal 7 Juli 1977, didapatkanlah keterangan dari kelurahan Cilandak yang menyatakan ada 946 warga katolik di kelurahan ini pada waktu itu. Surat ini adalah awal untuk melanjutkan proses mendapatkan surat izin pembangunan gedung gereja.
Pada tanggal 11 Oktober 1977, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo Soekoto SJ, menetapkan seorang imam untuk ditempatkan di daerah Cilandak, yang akan dijadikan paroki baru. Pastor tersebut bernama Mark Fortner, SCJ.
Pada tanggal 15 Oktober 1977, dikeluarkan surat keputusan dari KAJ, yang mengangkat pastor Mark Fortner , SCJ sebagai kepala paroki yang baru.
Dengan demikian tanggal tersebut merupakan tanggal lahir sebuah paroki baru di daerah Cilandak dan sekitarnya.
Adalah rumah bpk AJ. Suradal yang dijadikan sebagai rumah kediaman pastor Mark Fortner, merangkap pastoran pertama pada tanggal 30 Oktober 1977, sesudah misa dirumah tersebut, diadakan pertemuan antara pastor dengan semua ketua wilayah/lingkungan dan tokoh-tokoh umat sewilayah paroki Cilandak. Pertemuan itu menghasilkan terbentuknya tiga formatur yang bertugas menyusun Pengurus Gereja dan Dana Papa.
Dalam penyusunan formatur tersebut, juga diajukan sepuluh nama calon pelindung paroki baru ini, diantara nama sepuluh nama suci tersebut, bapak Uskup memilih “St. Stefanus” sebagai pelindung paroki baru di Cilandak.
Pada tanggal 6 Nopember 1977, perayaan ekaristi mulai diadakan dengan menyewa tempat di Sport Hall, Joint Embassy School (JES)- Terogong.
Pada tahun 1978, tercatat 619 KK, atau 2850 jiwa, sebagai warga paroki St.Stefanus pada waktu itu.
Karena belum mempunyai gedung gereja maupun gedung pertemuan sendiri, maka kegiatan-kegiatan paroki, seperti kelompok doa karismatik, kerasulan kitab suci, dan yang berorientasi keluarga, diadakan secara bergantian ditempat tempat yang berbeda.
Pada kesempatan perayaan 25 tahun pesta perak paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, bapak Frans Seda diserahi sebuah “batu bata” oleh Uskup Agung, Mgr. Leo Soekoto SJ. Batu tersebut yang selama ini disimpan di suatu tempat yang sangat terhormat dan telah diawet, ditanam dibagian depan-dibawah altar sekarang ini.
Batu bata ini bertuliskan
“Gereja yang terbaik adalah gereja yang merupakan persembahan seluruh umat kepada Tuhan”.
Ini mengandung suatu perintah bahwa umat Cilandak harus membangun gerejanya sendiri.
Pada tangal 29 Januari 1978, panitia pembanguan gereja mulai dibentuk dibawah pimpinan bapak Drs. Frans Seda.
Pada tanggal 4 Juni 1979, melalui surat gubernur DKI, bpk. Haji Tjokropranolo no 376, tahun 1979, diberikan izin kepada umat katolik di kecamatan Cilandak untuk mendirikan gedung gereja katolik diatas sebidang tanah seluas 3792 m2, yang kemudian diperluas menjadi kira-kira 7440 m2.
Tanggal 1 Mei 1981, syukur kepada Tuhan, gedung gereja St. Stefanus selesai dibangun, diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Leo Soekoto, disaksikan oleh bpk. H. Tjokropranolo.
Setelah mempunyai gedung gereja sendiri, umat st. Stefanus merasakan masih perlu membangun pastoran untuk rumah tinggal pastorpastor paroki. Akhirnya gedung paroki(aula dan pastoran) dengan usaha dan kerjasama umat paroki melaksanakan pemberkatannya pada ulang tahun kesepuluh paroki St. Stefanus, yakni pada tanggal 8 Nopember 1987.