Category
News
BERJALAN BERSAMA MELAYANI TUHAN
Ditengah situasi Jakarta yang tidak baik-baik saja, 36 orang tampak berkumpul di Halim tanggal 30 Agustus pukul 7 pagi. Mereka bukan kumpulan buruh, mahasiswa atau yang lainnya yang hendak pergi demo ke gedung DPR atau markas Brimob. Mereka adalah pelayan-pelayan Firman Tuhan dari Gereja St. Stefanus Cilandak yang terdiri dari para Lektor/Lektris dan Pemazmur. Dengan didampingi oleh Rm. Yohanes Ferry Ariyanto SCJ mereka bersiap menikmati kemajuan tekhnologi transportasi cepat Whoost untuk melakukan Peziarahan Pengharapan Porta Santa ke 4 Gereja di Bandung plus Pembinaan Iman. Memang sempat ada kekhawatiran melihat situasi yang ada. Tetapi, seperti kata Mbak Restu, Dalam nama Yesus aman dan lancar semuanya.
Titik kumpul awal Peziarahan berada di Stasiun Whoost Halim. Setelah semua berkumpul, Romo mengajak para peziarah untuk menapaki perjalanan mengikuti Perjalanan Yesus ke Emaus. Selama perjalanan masing-masing mendapat teman seperjalanan yang akan berada satu bangku dan saling berbagi kisah, cerita dan pengalaman satu sama lain. Pengaturan teman berdua-dua ini tampaknya sekaligus membuat para Lektor/Lektris dan atau Pemazmur lebih saling mengenal satu sama lain dan akan memudahkan berbagi panggung saat bertugas.
Perjalanan Peziarahan Porta Santa, dengan menggunakan bus, dimulai dengan mengunjungi Gereja Bunda Tujuh Kedukaan Pandu. Sesuai namanya, di Gereja ini terlihat kentalnya Devosi kepada Tujuh Kedukaan Maria. Tujuh duka yang dialami Bunda Maria adalah : Nubuat Simeon (Luk. 2: 34-35), Pelarian ke Mesir (Mat. 2: 13-14), Yesus hilang di Yerusalem (Luk. 2: 43-45), Yesus bertemu bundaNya di jalan salib (Yoh. 19:17), Yesus wafat di kayu salib (Yoh. 19: 25-27), Yesus diturunkan dari salib (Yoh.10:40) dan Yesus dimakamkan (Yoh. 19:38-42). Di kompleks gereja ini selain terpampang untaian doa devosi kepada Tujuh Duka Maria, juga ada satu tempat khusus dimana umat meletakkan Rosario yang digunakannya saat berdevosi dan memperoleh kepenuhan atas apa yang didoakannya. Rosario nyapun berbeda dengan Rosario yang umum digunakan karena ada 7 peristiwa yang didoakan doa Bapa Kami sesuai 7 kedukaan Maria dan doa Salam Maria sesudah setiap peristiwa didoakan 7x juga. Jadi jumlah manik2 rosarionya juga berbeda. Menurut penuturan pemandu Porta Santa ada seorang umat yang berasal dari kota Malang khusus datang ke gereja tersebut pada jam 10 malam untuk melakukan devosi dan setelah selesai langsung pulang kembali kekotanya. Di kompleks gereja ini juga ada patung 3 malaikat agung yaitu Mikael, Rafael dan Gabriel.
Gereja kedua yang menjadi tempat Peziarahan adalah Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Di gereja ini Rm Hanes dan beberapa orang peserta sempat menyalami seorang Romo yang melayani di gereja tersebut. Secara kebetulan, saat disana, Gereja ini sedang menerima kedatangan rombongan dari Rowoseneng yang sedang mencari dana. Jadi beberapa peserta sempat juga berbelanja produk hasil dari pertapaan Rowoseneng seperti kopi, madu, keripik dan sayuran segar. Yang menarik, di gereja ini untuk para peziarah disuguhkan kopi dan teh panas yang dilengkapi dengan biskuit bagelen.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Hotel Zest di Jl. Sukajadi. Di tempat ini para peserta, selain menginap, mendapat Pembinaan Iman selama 2 sesi diselingi makan malam. Pembinaan Iman ini memang sudah layak dan sepantasnya diberikan kepada para pelayan altar ini untuk menyegarkan kembali motivasi pelayanan mereka.
Sesi pertama mengajak para peserta untuk menggali kembali apa yang diharapkan dan dipikirkan ketika ia memutuskan mau melayani serta idealisme apa yang menjadi dasar pelayanannya. Seiring dengan waktu, apakah harapan, keinginan dan idealisme tersebut sudah terwujud ? Di sesi ini Romo Hanes mengajak peserta beserta teman seperjalanan ke Emausnya bermain peran sebagai Yesa dan Yesi. Lewat permainan ini, yang juga dipakai waktu pembekalan Bapak2 Prodiakon, para peserta diminta memusatkan diri akan tujuan dan peran masing-masing dalam organisasi serta berusaha memberikan yang terbaik dalam perannya masing-masing yang ditunjukkan dengan kemenangan permainan. Yang menarik adalah ketika pihak yang kalah justru mendapat berkat di dahi dari pihak yang menang. Ini sepertinya dimaksudkan agar masing-masing dari kita tetap dapat memberikan respek dan perhatian kepada teman-teman seperjalanan sepelayanan.
Sesi kedua justru mengajak para peserta mengingat apakah selama perjalanan pelayanannya pernah mengalami kekecewaan atau kegagalan. Lewat sharing yang diberikan, pengalaman akan kekecewaan dan kegagalan merupakan sesuatu yang bisa terjadi dan hendaknya hal itu justru jadi pelecut untuk terus melayaniNya dengan hati. Diingatkan bahwa Yesus sendiri juga pernah mengalami kekecewaan selama pelayananNya. Lalu solusinya bagaimana ? Kata Romo, ikuti kata Tuhan !! Nah, di akhir sesi ini setiap peserta mendapat surat cinta berupa Firman yang dipilihnya sendiri, dari kartu yg ada, agar jadi pegangan dalam perjalanan imannya yang kadangkala mendapat sandungan.
Di hari Minggu perjalanan Peziarahan dilanjutkan ke Gereja Katedral Bandung. Dan karena di hari Minggu kita wajib merayakan Ekaristi maka diaturlah waktunya agar peserta juga dapat mengikuti Perayaan Ekaristi Kudus. Beruntung kami mendapatkan kesempatan untuk merayakan Ekaristi di tempat yang megah di Gereja Katedral Bandung. Prosesi petugas liturgi yang agung, lagu2 pengiring misa yang indah dan membludaknya umat yang hadir membuat bahagianya hati boleh ikut berada disana.
Perjalanan Peziarahan Porta Santa diakhiri dengan mengunjungi Gereja Salib Suci di Jl. Kamuning. Tempat ini sengaja dipilih panitia sebagai destinasi terakhir karena posisinya yang strategis. Setelah acara porta Santa selesai, dengan berjalan kaki para ibu yang hobby belanja dapat memuaskan matanya menuju Toko Primarasa dan kios-kios disekitarnya yang menjual camilan kiloan untuk membeli oleh2 bagi keluarga yang ditinggal di Jakarta. Di gereja ini ada cerita yang menunjukkan kasih umat terhadap gembalanya. Seorang ibu tua yang berjualan pecel dan minuman di pagar luar gereja ketika mengetahui bahwa ada seorang Romo yang sempat mampir di tempat jualannya, menitipkan bingkisan berupa bumbu pecelnya untuk diberikan kepada Rm. Hanes agar dapat dinikmati bersama romo2 Cilandak lainnya. Sebuah kasih yang spontan diberikan dari sebuah kesederhanaan.
Perjalanan Peziarahan pengharapan para Lektor/Lektris dan Pemazmur ke Bandung pun diakhiri dengan kembali menaiki Whoost ke Halim. Sebuah babak baru karena baru kali ini Lektor/Lektris melakukan perjalanan rohani bersama Pemazmur. Sampai jumpa di perjalanan rohani berikutnya. Tuhan memberkati.
Edi Susatyo-030925